Rabu, 26 Februari 2014

SMA Negeri 9 Jadi Pusat Edukasi Lingkungan


SMA Negeri 9 Jadi Pusat Edukasi Lingkungan




SMA Negeri 9 Serua di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, mendapat satu kehormatan telah ditunjuk menjadi sebuah lembaga pendidikan berbasis lingkungan hidup. Sarana pusat edukasi lingkungan yang diberikan nama “Green Stanzel” ini merupakan hasil kerjasama dengan Tetra Park, sebuah perusahaan yang dikenal dengan produk-produk minuman ringan.

Staf Asisten Departemen pengelolaan Sampah Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup – Ujang Solihin Sidik, mengatakan, program upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup ini merupakan proyek percontohan (pilot project) bagi seluruh sekolah di Indonesia. Apalagi SMA Negeri 9 merupakan Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup (SBLH) dan salahsatu peraih medali dalam Lomba Adiwiyata Nasional serta Adiwiyata Mandiri pada tahun lalu. “Ini merupakan langkah nyata atas rasa peduli kita terhadap penanganan masalah sampah dan lingkungan. Serta metode ini juga bisa memberikan pendidikan sejak dini bagi anak-anak pelajar agar lebih peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya,” ungkap Ujang, usai menghadiri acara peresmian di SMA Negeri 9 Serua, Senin, 10 Februari 2014.

Green Stanzel merupakan suatu metode sarana edukasi dan komunikasi untuk daur ulang dan bank sampah dengan tujuan menanamkan prilaku peduli lingkungan kepada generasi muda. Menurut Ujang, program yang berlokasi di kelurahan Serua, Ciputat ini patut dicontoh oleh sekolah lainnya. Sekolah inipun sukses mempertahankan adiwiyata empat tahun berturut-turut.

Dengan adanya pusat edukasi lingkungan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah secara bijak, cerdas, efisien dan terprogram. “Ini menjadi momentum awal gerakan peduli sampah menuju masyarakat berbudaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Seperti dan perlu diketahui, Reduce adalah mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan.

Kurangi pemakaian kantong plastik. Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adalah sampah dari kantong plastik yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastik adalah sampah yang perlu ratusan tahun atau antara 200-300 tahun untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang.

Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu. Mengutamakan membeli produk berwadah, sehingga bisa diisi ulang. Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
Membeli produk atau barang yang tahan lama.

Reuse yaitu, memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru. Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cotton-but.

Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. Menggunakan kembali kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya. Recycle yakni, mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru.

Sampah organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk. Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas cantik, dompet, dan lain-lain. Disetorkan ke bank sampah yang kemudian dikonversikan ke tabungan.

Di tempat sama, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang Selatan Rahmat Salam, menuturkan pelestarian lingkungan di sekolah sebagai pendukung untuk meraih piala adipura. Sebab, tahun ini pemerintah daerah menargetkan mampu meraih lomba bergengsi dalam bidang lingkungan hidup itu. “Tentunya kamipun melakukan pembinaan terhadap sekolah agar menjadi panutan sekolah lainnya maupun masyarakat di Kota Tangsel,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan – Ahmad Nana Mahmur, menerangkan di sekolah yang dipimpinnya selalu membiasakan memilah sampah saat dibuang. Sehingga pengolahan sampahpun menjadi mudah. Kebiasaan ini tentunya memerlukan konsistensi dan tekad kuat dari kalangan pengelola sekolah untuk mendidik pelajar mau lebih peduli terhadap lingkungan hidup sekitarnya.

“Kami juga menyediakan bank sampah. Sampah yang dihasilkan kemudian dikumpulkan serta dijual ke pengepul. Barang-barang yang bisa dimanfaatkan siswa untuk kreatifitas,” terangnya. Mahmur bilang, uang hasil penjualan sampah juga dimanfaatkan untuk membantu biaya sekolah siswa yang kurang mampu yang bersekolah ditempat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar