Wuih, Masih Pelajar Bisa Bikin Reaktor Nuklir
Jamie Edwards, pembuat reaktor nuklir termuda.
PRESTON - Sekilas, Jamie Edwards layaknya remaja pada umumnya. Namun, jangan salah, di balik wajahnya yang dingin ini, Jamie ternyata bisa membuat reaktor nuklir lho. Wah! Usianya memang masih 13 tahun, namun kemampuannya dalam membuat reaktor nuklir membuat kepala sekolahnya tercengang. Eksperimennya ini dipresentasikannya di depan kelas.
Sang kepala sekolah pun terdiam. Lalu bertanya, "apakah reaktor ini akan meledakkan sekolah ini?" ujar sang kepala sekolah saat mengajukan pertanyaan kepada Jamie, seperti dilansir Daily Mail, Jumat (7/3/2014).
Jamie pun meyakinkan kepada kepala sekolahnya dan berjanji bahwa penggunaan reaktor nuklir ini hanyalah digunakan bagi kesehatan. Jamie pun mengklaim bahwa penggunaan reaktor nuklir tersebut aman.
Atas dasar penemuannya ini, pada Rabu, 5 Maret 2014, Jamie dinobatkan sebagai orang paling muda yang menemukan reaktor nuklir sejak di sekolah menengah Lancashire, Inggris. Jamie menggunakan energi besar untuk menghancurkan dua atom hidrogen secara bersamaan untuk membuat helium.
"Ini adalah sebuah prestasi. Penemuan ini benar-benar luar biasa. Saya tidak bisa percaya ini, semua teman-teman saya mengira saya gila," tutur Jamie bersemangat.
Jamie, yang kini bersekolah di Penwortham Priory Academy, dekat Preston, Inggris, telah terpukau dengan radiasi selama bertahun-tahun. Bahkan, dalam satu kesempatan, dia membeli Geiger counter atau jenis detektor partikel yang mengukur radiasi pengion dari uang Natalnya.
Ambisinya ini terinspirasi dari seorang anak berusia sekira 14 tahun dari Amerika Serikat (AS), Taylor Wilson, yang menjadi orang termuda yang memproduksi reaktor fusi kecil di Nevada pada 2008. "Saya melihatnya, dan berpikir, itu terlihat keren. Lalu saya memutuskan untuk membuatnya," tambah Jamie.
Awalnya, Jamie meminta bantuan dari laboratorium universitas yang mengurusi nuklir, namun mereka tidak menganggapnya serius. Lalu, Jamie pun akhirnya menggunakan laboratorium di sekolahnya. Dirinya meyakinkan kepala sekolah, Jim Hourigan, untuk membuat ini.
Untungnya, sang kepala sekolah menyetujui rencana Jamie. Kemudian, pihak sekolah mendukungnya dengan memberikan bantuan dana sebesar 3.000 poundsterling atau setara Rp57 juta.
"Saya agak terkejut, dan saya sedikit gugup ketika Jamie ingin membuat reaktor nuklir ini. Tetapi dia meyakinkan saya bahwa dia tidak akan meledakkan sekolah ini," tutur Hourigan.
Setelah berbulan-bulan mengerjakan proyek ini, reaktor nuklir tersebut siap diujicoba bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 14 pada akhir pekan ini. Kemarin, dalam sebuah "wilayah yang dikendalikan oleh radiasi" di dalam sebuah ruang kelas, dihadiri oleh beberapa ahli, dia menjentikkan jarinya ke saklar dan menatap tajam pada Geiger counter-nya sampai fusi reaktor tersebut terjadi -atau seperti bintang dalam sebuah botol" seperti digambarkan Jamie.
Fusi nuklir, reaksi yang mengambil kekuatan dari matahari, sangat berbeda dari pemecahan nuklir atau pemisahan atom yang biasanya terdapat di pembangkit listrik nuklir atau bom atom. Keduanya pun melepaskan sejumlah energi besar.
Sang kepala sekolah pun terdiam. Lalu bertanya, "apakah reaktor ini akan meledakkan sekolah ini?" ujar sang kepala sekolah saat mengajukan pertanyaan kepada Jamie, seperti dilansir Daily Mail, Jumat (7/3/2014).
Jamie pun meyakinkan kepada kepala sekolahnya dan berjanji bahwa penggunaan reaktor nuklir ini hanyalah digunakan bagi kesehatan. Jamie pun mengklaim bahwa penggunaan reaktor nuklir tersebut aman.
Atas dasar penemuannya ini, pada Rabu, 5 Maret 2014, Jamie dinobatkan sebagai orang paling muda yang menemukan reaktor nuklir sejak di sekolah menengah Lancashire, Inggris. Jamie menggunakan energi besar untuk menghancurkan dua atom hidrogen secara bersamaan untuk membuat helium.
"Ini adalah sebuah prestasi. Penemuan ini benar-benar luar biasa. Saya tidak bisa percaya ini, semua teman-teman saya mengira saya gila," tutur Jamie bersemangat.
Jamie, yang kini bersekolah di Penwortham Priory Academy, dekat Preston, Inggris, telah terpukau dengan radiasi selama bertahun-tahun. Bahkan, dalam satu kesempatan, dia membeli Geiger counter atau jenis detektor partikel yang mengukur radiasi pengion dari uang Natalnya.
Ambisinya ini terinspirasi dari seorang anak berusia sekira 14 tahun dari Amerika Serikat (AS), Taylor Wilson, yang menjadi orang termuda yang memproduksi reaktor fusi kecil di Nevada pada 2008. "Saya melihatnya, dan berpikir, itu terlihat keren. Lalu saya memutuskan untuk membuatnya," tambah Jamie.
Awalnya, Jamie meminta bantuan dari laboratorium universitas yang mengurusi nuklir, namun mereka tidak menganggapnya serius. Lalu, Jamie pun akhirnya menggunakan laboratorium di sekolahnya. Dirinya meyakinkan kepala sekolah, Jim Hourigan, untuk membuat ini.
Untungnya, sang kepala sekolah menyetujui rencana Jamie. Kemudian, pihak sekolah mendukungnya dengan memberikan bantuan dana sebesar 3.000 poundsterling atau setara Rp57 juta.
"Saya agak terkejut, dan saya sedikit gugup ketika Jamie ingin membuat reaktor nuklir ini. Tetapi dia meyakinkan saya bahwa dia tidak akan meledakkan sekolah ini," tutur Hourigan.
Setelah berbulan-bulan mengerjakan proyek ini, reaktor nuklir tersebut siap diujicoba bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 14 pada akhir pekan ini. Kemarin, dalam sebuah "wilayah yang dikendalikan oleh radiasi" di dalam sebuah ruang kelas, dihadiri oleh beberapa ahli, dia menjentikkan jarinya ke saklar dan menatap tajam pada Geiger counter-nya sampai fusi reaktor tersebut terjadi -atau seperti bintang dalam sebuah botol" seperti digambarkan Jamie.
Fusi nuklir, reaksi yang mengambil kekuatan dari matahari, sangat berbeda dari pemecahan nuklir atau pemisahan atom yang biasanya terdapat di pembangkit listrik nuklir atau bom atom. Keduanya pun melepaskan sejumlah energi besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar