SBY Ngomong Bertele-tele, Gus Dur Tidur & Mega Bingung
Kamis, 13 Maret 2014
Almarhum Gus Dur
JAKARTA – Suatu hari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri terancam "bercerai". Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
Menteri Perekonomian saat itu, Rizal Ramli, bercerita banyak soal upaya mendamaikan Gus Dur-Mega dan peran SBY memecahkan permasalahan tersebut. Rizal mengatakan, diputuskanlah tim mediasi Gud Dur-Mega.
Tim mediasi Gus Dur-Mega terdiri dari Menkopolkam, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Kehakiman, dan Menteri Perekonomian. "Saya satu-satunya (anggota tim) yang di luar bidang politik," kata Rizal, baru-baru ini.
Di dalam tim tersebut, SBY ditunjuk sebagai ketua. Tim mediasi berharap pemerintahan Gus Dur-Mega tetap bertahan. Rizal menceritakan, SBY menggelar rapat selama lima hari lima malam. Hadir dalam rapat itu Kapolri dan Panglima ABRI.
"Waduh, bertele-tele. Saya cuma datang waktu pembukaan dan penutupan, karena isinya enggak jauh beda," ujar Rizal.
Menurut Rizal, SBY yang bertele-tele dalam memimpin rapat, terang saja membuat Kapolri dan Panglima ABRI capek. "Mereka ini kan aparat, capek kalau dengerin ngomong begitu, kasih perintah kek," kata dia.
Akhirnya, keluarlah laporan kesimpulan agar Gus Dur-Mega damai. Tujuh menteri mengahadap ke Megawati. SBY menjelaskan solusi selama 45 menit dengan gerak tangan ciri khasnya agar pemerintahan tetap utuh. Rupanya, ujar Rizal, Mega tidak mengerti dengan apa yang diucapkan SBY.
"Mega bingung. Begitu dia (SBY) selesai Mega tak ada reaksi. Terus, saya katakan sebetulnya sederhana Ibu Wakil Presiden, daripada dwifungsi ini pecah menimbulkan macam-macam masalah mari kita kurangi kekuasaan Gus Dur, ditambah ke Wakil Presiden," terangnya.
Mbak Mega setuju enggak? Tanya Rizal usai menjelaskan. "Oh begitu ya. Kalau begitu saya setuju. Kalau Mas Dur setuju, saya setuju," jawab Mega.
Kemudian, tim mediasi yang dipimpin SBY pergi ke Istana menemui Gus Dur. Di depan Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa itu, SBY kembali menerangkan solusi agar keduanya damai selama sekira 45 menit. "Gus Dur kan kalau dengar orang ngomong panjang tidur," ungkapnya.
Ketika Gus Dur terbangun dari tidur, Rizal kembali menjelaskan apa yang dimaksud SBY seperti yang dikatakan kepada Megawati. "Gus bilang enggak setuju."
Rizal tak mau menceritakan alasan Gus Dur tidak setuju jika sebagian kekuasaannya dialihkan ke Megawati. Setelah itu, terjadi perdebatan panjang antara Gus Dur dengan Rizal.
"Saya jelaskan, kalau ada voting di DPR kita kalah. Yang bakal anti 70 persen, yang dukung hanya 30 persen. Gus Dur bilang, 'Rizal kamu salah besar, yang dukung kita 70'," kata Rizal.
Harusnya, menurut Rizal, jika ada perdebatan seperti itu, SBY turun tangan menjelaskan peta politik sesungguhnya saat itu, karena posisinya sebagai Menkopolkam. "Tapi dia diam saja. Akhirnya hanya terjadi perdebatan saya dengan Gus Dur," ucapnya.
Gus Dur sempat emosi mendengar bantahan-bantahan dan menyebut Rizal masih anak bawang dalam urusan politik. Debat panjang itu baru selesai setelah Menteri Luar Negeri Alwi Shihab berbisik ke telinga Rizal.
"Gus Dur sudah stroke dua kali. Kalau Gus Dur nanti emosi, bisa stroke tiga kali, Mas Rizal yang diperiksa kita semua kena," terang Rizal menirukan bisikan Alwi.
Rizal berterus terang kesal dengan SBY yang hanya diam. Menurut Rizal, jika SBY menjalankan tanggung jawab dan fungsinya, mungkin Gus Dur berubah pikiran.
"Itulah SBY. Dia mungkin tahu peta politik sebetulnya, tapi takut. Mungkin juga dia main di dua kaki," pungkasnya.
Menteri Perekonomian saat itu, Rizal Ramli, bercerita banyak soal upaya mendamaikan Gus Dur-Mega dan peran SBY memecahkan permasalahan tersebut. Rizal mengatakan, diputuskanlah tim mediasi Gud Dur-Mega.
Tim mediasi Gus Dur-Mega terdiri dari Menkopolkam, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Kehakiman, dan Menteri Perekonomian. "Saya satu-satunya (anggota tim) yang di luar bidang politik," kata Rizal, baru-baru ini.
Di dalam tim tersebut, SBY ditunjuk sebagai ketua. Tim mediasi berharap pemerintahan Gus Dur-Mega tetap bertahan. Rizal menceritakan, SBY menggelar rapat selama lima hari lima malam. Hadir dalam rapat itu Kapolri dan Panglima ABRI.
"Waduh, bertele-tele. Saya cuma datang waktu pembukaan dan penutupan, karena isinya enggak jauh beda," ujar Rizal.
Menurut Rizal, SBY yang bertele-tele dalam memimpin rapat, terang saja membuat Kapolri dan Panglima ABRI capek. "Mereka ini kan aparat, capek kalau dengerin ngomong begitu, kasih perintah kek," kata dia.
Akhirnya, keluarlah laporan kesimpulan agar Gus Dur-Mega damai. Tujuh menteri mengahadap ke Megawati. SBY menjelaskan solusi selama 45 menit dengan gerak tangan ciri khasnya agar pemerintahan tetap utuh. Rupanya, ujar Rizal, Mega tidak mengerti dengan apa yang diucapkan SBY.
"Mega bingung. Begitu dia (SBY) selesai Mega tak ada reaksi. Terus, saya katakan sebetulnya sederhana Ibu Wakil Presiden, daripada dwifungsi ini pecah menimbulkan macam-macam masalah mari kita kurangi kekuasaan Gus Dur, ditambah ke Wakil Presiden," terangnya.
Mbak Mega setuju enggak? Tanya Rizal usai menjelaskan. "Oh begitu ya. Kalau begitu saya setuju. Kalau Mas Dur setuju, saya setuju," jawab Mega.
Kemudian, tim mediasi yang dipimpin SBY pergi ke Istana menemui Gus Dur. Di depan Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa itu, SBY kembali menerangkan solusi agar keduanya damai selama sekira 45 menit. "Gus Dur kan kalau dengar orang ngomong panjang tidur," ungkapnya.
Ketika Gus Dur terbangun dari tidur, Rizal kembali menjelaskan apa yang dimaksud SBY seperti yang dikatakan kepada Megawati. "Gus bilang enggak setuju."
Rizal tak mau menceritakan alasan Gus Dur tidak setuju jika sebagian kekuasaannya dialihkan ke Megawati. Setelah itu, terjadi perdebatan panjang antara Gus Dur dengan Rizal.
"Saya jelaskan, kalau ada voting di DPR kita kalah. Yang bakal anti 70 persen, yang dukung hanya 30 persen. Gus Dur bilang, 'Rizal kamu salah besar, yang dukung kita 70'," kata Rizal.
Harusnya, menurut Rizal, jika ada perdebatan seperti itu, SBY turun tangan menjelaskan peta politik sesungguhnya saat itu, karena posisinya sebagai Menkopolkam. "Tapi dia diam saja. Akhirnya hanya terjadi perdebatan saya dengan Gus Dur," ucapnya.
Gus Dur sempat emosi mendengar bantahan-bantahan dan menyebut Rizal masih anak bawang dalam urusan politik. Debat panjang itu baru selesai setelah Menteri Luar Negeri Alwi Shihab berbisik ke telinga Rizal.
"Gus Dur sudah stroke dua kali. Kalau Gus Dur nanti emosi, bisa stroke tiga kali, Mas Rizal yang diperiksa kita semua kena," terang Rizal menirukan bisikan Alwi.
Rizal berterus terang kesal dengan SBY yang hanya diam. Menurut Rizal, jika SBY menjalankan tanggung jawab dan fungsinya, mungkin Gus Dur berubah pikiran.
"Itulah SBY. Dia mungkin tahu peta politik sebetulnya, tapi takut. Mungkin juga dia main di dua kaki," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar